3 Sumber "self-harming" pada kegagalan Startup
top of page
  • Writer's picturePhara Sotya

3 Sumber "self-harming" pada kegagalan Startup

Updated: Feb 10, 2021


desperate startup
Self Harming Unicorn

Kita kerap memandang bahwa startup itu istimewa, berbeda dengan bisnis-bisnis kecil lain. Keistimewaan ini membuat Startup seakan tidak memerlukan strategi marketing dan rencana penjualan, tidak perlu memetakan demografi calon konsumen beserta kebutuhan, perilaku dan daya beli mereka. Banyak founder percaya bahwa startup hanya butuh ‘fail fast’ seolah segala keilmuan bisnis tidak berlaku atas mereka. Kenyataannya kematangan perencanaan serta eksekusi yang dibutuhkan oleh bisnis kecil juga berlaku bagi startup.


Lebih sering kegagalan startup merupakan konsekuensi dari tindakan ‘self-harming’, yakni sesuatu yang kita lakukan atau bahkan tidak lakukan, yang mengantar kita pada kegagalan. Seperti tidak merancang business model, dan value proposition yang jelas dari produk atau jasa ditawarkan


Secara singkat kegagalan sebuah startup bersumber dari tiga faktor berikut:

1. Founder

Hidup matinya startup bergantung pada founder-nya. Syarat bagi suatu startup agar berhasil, founder harus dilengkapi dengan skill yang memadai untuk menjalankan startup mulai dari skill teknis, kepemimpinan, negosiasi dan resolusi konflik. Sebuah startup kadang memiliki beberapa founder yang masing-masing menguasai keahlian berbeda yang dapat saling melengkapi. Namun akan tetap sia-sia tanpa adanya harmoni diantara para founder itu. Memilih dan bekerjasama dengan co-founder bahkan investor yang tepat menjadi kritikal dan berdampak signifikan pada kesuksesan bisnis.

2. Funding

Kegagalan akibat kehabisan dana paling gampang kita mengerti. Hal ini dapat disebabkan oleh hilangnya kepercayaan investor kepada founder atau karena model bisnis yang tidak terbukti berhasil. Di sisi lain startup juga dapat gagal akibat pendanaan yang berlebih. Startup yang overfunded berisiko kehilangan jiwa militannya, mereka akan lebih sibuk mempercantik interior kantor ketimbang terus menerus memvalidasi produk mereka dengan kebutuhan pasar.

3. Flawed Business Models

Menelurkan ide mengenai produk yang brilian jauh lebih mudah daripada merancang business model yang viable. Padahal keberhasilan startup tergantung dari business model-nya. Kesalahan business model yang sering terjadi antara lain diakibatkan kurangnya pemahaman akan permasalahan yang dihadapi konsumen, eksekusi yang lemah, dan tidak mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal seperti perubahan kebijakan pemerintah dan kondisi persaingan.


Kabar baiknya, kita memiliki kuasa untuk melakukan sesuatu demi mencegah kegagalan itu. Adalah bijak dan juga sehat apabila kita berhati-hati mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan. Kenali sumber-sumber kegagalan startup dan segera lakukan perbaikan.


67 views
bottom of page