Membantah Jargon “FAIL FAST SUCCESS FASTER” ala Startup
top of page
  • Writer's picturePhara Sotya

Membantah Jargon “FAIL FAST SUCCESS FASTER” ala Startup

Updated: Feb 10, 2021


Ilusi startup di Indonesia
The False Unicorn

Dalam ekosistem startup, kegagalan sudah diterima sebagai norma umum dalam berbisnis. Konsep ‘fail fast’ telah ditafsirkan tanpa pikir panjang sehingga menyebabkan penerapan yang salah. Kegagalan bisnis dipandang sebagai akibat dari faktor eksternal yang mutlak akan jatuh menimpa sebuah startup. Setelah berkali-kali gagal kita optimistis suatu saat kesuksesan akan datang, semakin cepat kita mengalami kegagalan niscaya semakin cepat pula kita keluar sebagai pemenang.


Namun harga sebuah kegagalan sangat tinggi. Ketika sebuah bisnis gulung tikar, kita akan membayangkan kerugian finansial ratusan juta hingga miliaran rupiah yang hangus begitu saja. Kita kerap melupakan dampak personal yang dialami oleh para founder seperti depresi, kehilangan kredibilitas, retaknya hubungan keluarga, ditambah lagi masih harus tetap melunasi hutang dan membayar biaya hidup sehari-hari. Ingat pula dampak sosial yang menimpa seluruh tim yang turut kehilangan mata pencahariannya.


Kesalahan persepsi tentang ‘fail fast’.

Pada tahap pengembangan produk atau layanan, sebuah startup kerap tergoda untuk mencurahkan upaya dan dana secara maksimal di awal demi menciptakan sebuah produk sempurna buah pikiran sang founder. Malangnya produk tersebut tidak berhasil diterima oleh pasar karena tidak menyelesaikan masalah riil yang dihadapi konsumen. Memperbaiki produk sudah mustahil sebab dana sudah habis dan investor tidak sudi menambah suntikan. Startup itu pun tamat sudah.

Alih-alih melakukan evaluasi dan mencari akar penyebab kegagalan itu, kita justru menghibur diri dengan kisah Thomas Edison yang konon gagal hingga 2.000 kali sebelum berhasil menciptakan lampu pijar pertamanya. Merasa sudah satu langkah lebih dekat dengan kesuksesan, kita lalu memulai startup baru lagi dari awal. Demikianlah ‘fast fail’ yang kita pahami.


Fail fast dan lean startup

Konsep fail fast yang banyak diagung-agungkan itu merupakan bagian dari gerakan Lean Startup yang dimotori oleh Eric Ries, diadopsi dari lean manufacturing yang sudah lebih dahulu dikembangkan oleh Toyota. Dalam konteks manufaktur, pola pikir lean memilah segala kegiatan ke dalam kategori value-creating activities dan waste. Kegiatan-kegiatan yang sifatnya waste harus dihilangkan karena tidak membawa nilai tambah dalam proses produksi. Segenap potensi baik pengetahuan dan kreatifitas para pekerja digali untuk mencari cara menghilangkan waste tersebut, beberapa metode yang kemudian lazim digunakan di lantai produksi antara lain; memperkecil ukuran batch produk, menerapkan konsep just-in-time baik dalam proses produksi maupun inventory control, serta mempercepat cycle time produksi.


Dalam bukunya yang berjudul The Lean Startup, Ries menjelaskan bahwa konsep di balik lean startup adalah iterasi. Iterasi ini manjur dalam proses mengembangkan produk serta memvalidasinya dengan kebutuhan dan minat beli konsumen. Kesempurnaan suatu produk dalam kerangka lean startup bukan hanya buah dari pikiran founder, melainkan sebuah perjalanan dan kolaborasi bersama konsumen untuk menjawab persoalan-persoalan riil yang dihadapi.


Dengan metode lean, startup menggunakan dana yang lebih sedikit untuk melakukan iterasi berulang-ulang dengan merancang produk yang memenuhi kriteria minimal yang dibutuhkan konsumen, mengujicobakannya, dan mengembangkannya kembali sesuai umpan balik dari konsumen. Baru setelah versi produk final berhasil dirumuskan, proses produksi yang membutuhkan dana besar menjadi masuk akal. Dengan cara itu startup menghilangkan waste berupa waktu dan biaya mengembangkan produk ‘sempurna’ sekaligus memperbesar kesempatan produk diterima oleh konsumen.

Produk yang dikembangkan kembali berdasarkan umpan balik konsumen inilah yang dimaksud sebagai ‘fail’. Semakin cepat kita melakukan satu siklus iterasi, semakin cepat pula kita berhasil memberi solusi yang dibutuhkan konsumen. Maka jelas sekali bahwa Lean Startup berbicara mengenai rangkaian proses iterasi dan umpan balik pada tingkat produk, bukan bisnis.

bottom of page