top of page
Writer's pictureRolip Saptamaji

Belajar Mengelola Tim Kreatif dari Stan Lee

Updated: Feb 10, 2021


Stan Lee layak dikagumi bukan hanya sebatas penulis komik yang memberikan roh baru bagi superhero ciptaannya, namun juga sebagai seorang superboss, yakni pemimpin yang tidak hanya membangun organisasi atau melampaui target revenue tapi juga melakukan identifikasi, pelatihan, dan pengembangan talenta-talenta dalam perusahaan. Saat di Marvel, Lee dengan jeli menemukan bakat membangun plot yang dimiliki ilustrator Jack Kirby, kemudian menugaskannya memvisualisasikan cerita berdasarkan sinopsis cerita yang ditulis Lee, bukan dari naskah lengkap seperti yang lazim dilakukan penerbit komik lain. Hasilnya adalah komik dengan cerita yang mengalir secara alami dari panel ke panel. Metode ini kemudian dikenal sebagai Marvel Method, yang berhasil mengatasi masalah Lee dalam menulis banyak naskah untuk beberapa komik sekaligus.



Sydney Finkelstein mengkaji kualitas kepemimpinan Stan Lee dalam bukunya, Superbosses. Dari karya tersebut ada beberapa hal yang dapat kita pelajari dari cara Stan Lee dalam mengelola tim kreatif:


1. Jangan biarkan tim menganggur


Manusia adalah aset utama dalam industri kreatif dan Stan Lee sadar betul itu. Penulis komik itu benci melihat timnya menganggur, menurutnya, tim yang menganggur adalah tim yang sedang bosan dan tim yang bosan akan melemahkan daya saing perusahaan. Maka Lee memastikan agar pekerjaan terus-menerus tersedia.


Tanpa sepengetahuan atasannya, Martin Goodman, Lee pernah memberikan tugas membuat komik lebih banyak dari yang dibutuhkan perusahaan. Dia kemudian menyimpan komik-komik tambahan itu dalam lemari dan berniat menggunakannya saat waktunya tepat. Ketika Goodman mendapati lemari itu, Lee berargumen bahwa ia perlu menugaskan komik tambahan dengan tujuan berinvestasi pada timnya.


Tentu kita dapat berinvestasi pada tim tanpa harus membebani inventori seperti yang dilakukan oleh Stan Lee. Ajak tim Anda dalam proyek pengembangan internal perusahaan seperti perbaikan metoda kerja, eksplorasi media baru, pengembangan produk atau layanan baru, ide-ide pemasaran baru, dan lain-lain. Di sela-sela proyek infografis, tim Poligrabs berhasil mengembangkan layanan social media dan yang terbaru adalah layanan explainer video yang segera mendapat respon positif dari klien-klien kami.


2. Beri panduan, bukan larangan


Lee lebih suka membiarkan timnya memilah detail kreatif. Pada sebuah komik strip, timnya menggunakan kata “pogo stick” sebagai punch line. Editor merasa bahwa kata itu tidak cocok dengan target pembaca dan menginstruksikan Lee untuk mengubah punch line menjadi “roller skates”. Perubahan itu membuat lelucon yang ingin disampaikan menjadi garing sehingga komik itu akhirnya gagal. Lee berkomentar bahwa, pembatasan dan penyensoran seperti itu tidak senonoh, ketika kita merekrut seseorang untuk melakukan pekerjaan kreatif maka biarkan dia melakukannya secara kreatif.


Larangan dan batasan adalah musuh utama kreativitas yang dapat berakibat tim menjadi segan untuk mengutarakan ide, sementara di sisi lain saat mengerjakan proyek tertentu, klien memiliki kebutuhan khusus yang harus dipenuhi serta batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar. Untuk menjembatani ini Poligrabs selalu mengadakan pertemuan dengan klien di awal proyek untuk menggali data dan informasi yang diperlukan untuk kemudian diterjemahkan ke dalam creative brief. Eksplorasi kreatif kemudian kami serahkan kepada setiap anggota tim sesuai bagian bagiannya masing-masing. Dengan menyediakan panduan – bukan larangan – Poligrabs memastikan setiap proyek tepat mengenai sasarannya, memikat secara visual dan selesai sesuai jadwal.


3. Beri penghargaan secara kreatif


Kedengarannya sangat mudah, tapi dalam kenyataannya sangat langka. Salah satu cara Lee memberi penghargaan adalah dengan membuat halaman credit pada komik yang ditulis dengan unik, seperti “Written with Passion by Stan Lee. Drawn with Pride by Jack Kirby. Inked with Perfection by Joe Sinnott. And lettered with a Scratchy Pen by Artie Simek.” Penghargaan ini bahkan mendongkrak reputasi Jack Kirby yang sampai sekarang dijuluki The King of Comics, Publikasi semacam itu juga berhasil meningkatkan keintiman para pembaca dengan produk-produk Marvel.


Keberhasilan perusahaan tidak lain adalah buah kerja keras dan kreativitas seluruh tim di dalamnya sehingga mereka layak bahkan berhak mendapat apresiasi. Jangan pernah berpikir bahwa dengan membayar gaji saja sudah cukup membuktikan apresiasi perusahaan. Ingatlah bahwa hubungan kerja tidak melulu bersifat transaksional, setiap manusia termasuk yang bekerja menggunakan daya mental seperti dalam industri kreatif memiliki kebutuhan afeksi yang harus dipenuhi. Penghargaan atas karya harus diungkapkan secara langsung agar menyentuh sisi emosional dan dengan cara sekreatif mungkin.


4. Bagikan impian besar Anda


Tidak ada cara lebih baik untuk memotivasi tim dengan talenta-talenta terbaik selain mengingatkan mereka untuk selalu bermimpi besar. Stan Lee yakin komik memiliki kekuatan untuk menyuarakan komentar-komentar sosial menjadi lebih tajam, satir dan cerdas. Dia percaya suatu hari orang dewasa yang cerdas tidak akan malu terlihat berjalan membawa komik strip dan dia menyarankan agar komik dipelajari di perguruan tinggi. Dia berpendapat bahwa tidak ada alasan mengapa komik tidak harus dilihat sebagai seni yang layak. Sikapnya itu menarik para seniman komik terbaik untuk mau bekerjasama dengannya.


Semua orang pada dasarnya ingin terlibat dalam sesuatu yang besar, minimal tampak keren. Bagikan visi dan impian besar perusahaan anda kepada anggota tim, rangsang mereka untuk mengerahkan daya kreativitas yang ada untuk turut ambil bagian dalam mewujudkannya. Impian Poligrabs untuk memelopori dan membesarkan infografis serta visualisasi data di Indonesia telah menginspirasi banyak talenta-talenta muda berbakat dengan pandangan serupa untuk bergabung dan bersumbangsih bagi tercapainya tujuan organisasi tersebut.



12 November 2018 akan selalu dikenang sebagai hari yang meninggalkan lubang di hati setiap penggemar Stan Lee namun kami memilih mengenangnya dengan cara merefleksikan kembali proses kerja kami. Seperti superhero dalam komiknya, Lee memberi dampak yang besar dalam mereposisi industri komik sehingga menginspirasi kami untuk terus berupaya mengembangkan organisasi melalui pengelolaan dan pengembangan tim kreatif yang lebih baik. Excelsior!


Sumber: https://hbr.org/2018/11/what-stan-lee-knew-about-managing-creative-people

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
bottom of page